Traveling to Ambon #Manize 2012-08 Part 2

Day 3, Nusa laut – Saparua – Seram
Masalah.. masalah.. hari ini hari minggu di desa ini hari minggu jadi hari ibadah untuk masyarakat di sini, Lonceng Gereja tepat jam 9 Pagi berbunyi tanda ibadah minggu telah dimulai sementara kami masih dirumah dan masih ragu2 mau pergi ke gereja atau tidak karena gak bawa baju untuk ke gereja namun akhirnya kami memutuskan untuk pergi kegereja dengan baju yang ada, walaupun sudah terlambat #tepokjidat kebiasaan ngaret dijakarta. Di desa ini, hari minggu semua keluarga beribadah gak ada yang terkecuali tua, muda, anak-anak harus turun gunung dan berdandan rapih resmi bersepatu, menenteng alkitab ditangan (beda dengan di jakarta yang sekarang cenderung pergi ke gereja sama ke mall dandanan sama aja) menuju gereja yang letaknya di tepi pantai, mereka pada rajin2 dan malah yang tidak ke gereja harus ngumpat didalam rumah karena gak enak dilihat sama orang lain kalau dirinya tidak beribadah minggu.
Kenapa saya bilang masalah diatas, yaitu karena hari ini adalah hari Minggu, Hari minggu adalah hari sabat, jadi semua kegiatan kerja tidak boleh dilakukan, termasuk tidak ada ojek perahu termasuk ojek perahu dari Titawai ke Saparua.. Hadeeewww gimana ini.. tanpa putus asa akhirnya coba punya coba, cari sana sini orang yang bisa di charter body (perahu) untuk ke saparua, dengan catatan yang beragama selain Kristen.. Agama Advent ada sebagian disana (hari sabat mereka adalah sabtu) jadi kami mencari keluarga advent yang punya body untuk dicharter mengantar kami ke saparua, beruntung akhirnya setelah nego harga mereka mau mengantar kami ber 5 untuk ke saparua, Thanks God.
Akhirnya setelah selesai gereja kami siap2 mau berangkat ke saparua, setelah pamitan dengan sanak keluarga di desa itu berangkatlah kami dari Titawai ke saparua dengan tujuan benteng deurstede (bener apa ga ya tulisannya) dari sini rencana langsung lanjut ke Seram. Perjalanan menuju saparua melalui laut dengan ojek perahu ternyata gak semudah perjalanan keliling pulau di kepulauan seribu, ombaknya sangat besar dengan perahu yang sangat kecil :D (namanya juga perahu nelayan) yang mana kita harus melewati tanjung Ou Ulate.. tau gak lagu tanjung ou ulate, tanjung si barani.. yang menurut sepupuku kalau perahu terbalik di tanjung itu mati sudah, jangan harap bisa hidup, karena disana ada kepala arus (pusaran arus tempat bertemunya ombak).. heeehhh?/... (Dikasih taunya pas udah sampai di saparua) 
Karena saat kita melewati tanjung ou, ombak begitu besar mengempas kami kekiri kekanan sempat kami ketakutan dan berdoa (Awalnya kami gak tau kalau itu tanjung ou) dan karena perahu terhempas kekanan dan kekiri maka tempat penyimpanan bahan bakar dalam jerigen yang ada didalam perahu terbalik dan membuat perahu tidak seimbang karena berat dan penuh isinya, sempat membuat kami teriak ”Yesus Tolong”, sambil salah satu pengemudi ojek tersebut melepas kendali motor perahu untuk membenarkan kembali jerigen tersebut.. Puji Tuhan Kami akhirnya selamat sampai di Saparua dan diceritakan tentang tanjung ou sibarani itu sama saudara sepupu.. oalaaahhhh....
Saparua adalah pulau besar dekat nusa laut, kalau dulu orang2 nusa laut bersekolah SMP dan SMA di saparua, jadi kebayang gak sih sekolah harus  naek ojek perahu melewati si tanjung itu iiiiihhh..kapok oee hahaha.
Tiba di saparua setelah keliling benteng besar itu masalah lain timbul, karena baik itu Nusa Laut ataupun Saparua, Hari minggu adalah hari sabat untuk semua masyarakat.. jadi Ferry tidak ada hikss, sebuah perjuangan menuju Pulau Seram, akhirnya kami memutuskan untuk mencoba charter lagi perahu, kalau terlalu mahal terpaksa kami harus menginap di Saparua. Beruntung akhirnya kami menemukan perahu yang bisa mengangkut kami ke seram, namun perahu ini lebih besar dan lebih nyaman dari perahu sebelumnya jadi kami gak takut lagi :), namun di seram kami tidak berlabuh di Waipirit tempat biasa kapal ferry berlabuh melainkan di ujung lain yang masih 40 km lagi ke desa Waisarisa tempat tujuan kami di Seram.. (Haiyaaaa) saat itu kak Sias, saudara sepupu ku bisa lupa ingatan kalau seram habis dilanda Banjir besar yang merusak hampir seluruh infra struktur jalan yang ada, nah loh 40 km lagi gimana cara kita mencapai Waisarisa #tepokjidat lagi, Mau charer mobil mahal selangit dan lagi mobil masih belum bisa melintasi sebagian jalan yang rusak, lebih aman sih naik Ojek.. Hah?? 40 KM naik ojek, suami bule gw udah mau ngomel2 aja, What a day, but apa mau dikata kami sewa 5 Ojek untuk menuju ke Desa Waisarisa, dengan 1.5 jam perjalanan tanpa macet dan sempat turun dari  motor beberapa kali karena gak berani melewati papan yang dibuat masyarakat karena jalan terputus akibat banjir. Puji Tuhan akhirnya sampai juga di desa Waisarisa dengan selamat. Sesampainya di Waisarisa Signal HP mulai nyala lagi (masih hanya GSM) aku telepon menanyakan keadaan mami di Ambon, tuh kan untung aku telepon mami karena beliau kesulitan mencari makan di daerah hotel tersebut dan pegawai hotel semua pada libur gak ada breakfaast  malah gerbangnya ditutup, karena hari itu tepat hari raya Idul Fitri, akhirnya aku minta tolong lagi sama saudaraku di Ambon untuk menjemput mami pidah hotel Ke Amaris Hotel di daerah diponegoro Ambon sesuai dengan saran si sopir dan saudara sepupu ku, baru aku mengerti kenapa mereka menyarankan untuk pindah, bukan karena issue sara (suku,agama,ras) melainkan jatuh pada bulan puasa dan Idul Fitri akan susah buat kita yang tidak berpuasa untuk mencari makanan di daerah tersebut sementara di Hotel Amaris, room servisenya buka terus dan dilobby hotel tersebut ada restauran KFC, nah itu sudah. Next time kita ke Amaris aja :D gak mahal2 amat juga sih ratenya.  Malam itu kami istiraha karena besok sore kami akan kembali ke Ambon



Ini dia Ojek Perahu kami dari Nusa Laut ke Saparua
Supir Ojek
Awalnya gak ngerti kenapa kita dikasih terpal ternyata supaya gak kebasahan



Ini dia Perahu dari Saparua ke Seram
Lumayan kita bisa duduk nyantai
Di Ojek 40 Km ke tujuan


Jalan yang terputus akibat banjir
sampai di rumah keluarga di Waisarisa

No comments:

Post a Comment